Rumah
Impian Keluarga Pak Muji
Pak muji lahir dari keluarga kurang
mampu. Ia menikah dengan seorang wanita sholehah dan dikaruniai seorang putri
mungil bernama Ayu. Mereka tinggal disebuah rumah gubuk kumuh yang jaraknya
hanya beberapa meter dari sungai. Rumah Pak Muji sudah hampir roboh ke sungai
karena sering terkena angin kencang tetapi karena kesetiaan dan ketabahan
istrinya Pak Muji tetap tegar dan bekerja keras. Pak Muji bekerja sebagai buruh
rongsokan yang per minggu ia hanya mendapatkan upah 15.000. Jangankan untuk
membangun rumah,untuk makan saja mereka masih sering pinjam uang ke tetangga.
Hingga suatu hari Pak Muji terpaksa
harus pindah rumah karena rumahnya sudah tidak layak dihuni. Kebetulan di desa
sebelah ada sebuah rumah dari bambu yang disewakan 30.000 per bulan. Saat itu
uang 30.000 sangat banyak bagi keluarga pak muji. Semakin hari hutang keluarga
Pak Muji sudah menumpuk. Ayu anak Pak Muji pun sudah waktunya bersekolah. Kini
mereka hanya bisa berdoa agar keajaiban dapat datang kepada mereka.
Beberapa hari kemudian datanglah kabar
gembira. Adik dari Pak Muji yang bernama Pak Juki memberikan uang 200.000
kepada Pak Muji untuk membuat sebuah usaha. Pak Muji pun memutuskan menggunakan
uang tersebut untuk modal berjualan bakso. Ia meracik bumbu-bumbunya berdasarkan
pengalamannya dulu saat masih muda bekerja di sebuah warung bakso yang cukup
terkenal. Awal berjualan Pak Muji menjual baksonya hanya disekitar tempat
tinggalnya. Tidak hanya itu kebahagaiaan yang Pak Muji dapat, tetapi Pak Muji juga
dikaruniai seorang putri lagi yang diberi nama Anisa.
Beberapa bulan menjual bakso di
sekitar desa,warung Pak Muji mulai sepi karena pembelinya terbatas. Rumah yang
kini dihuni keluarganya pun akan rubuh karena terkena hujan dan angin kencang
kemarin. SPP sekolah Ayu pun sudah beberapa bulan belum dibayar. Bu Muji
berusaha mencari pinjaman ke tetangga dan saudara.
Sekali lagi Tuhan memberikan
pertolongan kepada keluarga Pak Muji. Ibu dari Bu Muji mengizinkan keluarga Pak
Muji untuk tinggal bersamanya. Pak Muji juga mendapatkan tempat berdagang di
pinggir jalan raya. Permasalahan rumah dan warung sementara sudah tidak
membebani pikiran keluarga Pak Muji. Semakin hari dagangan Pak Muji pun
bertambah laris.,pelanggan-pelanggan juga mulai banyak.
Beberpa bulan tinggal bersama
mertua, membuat Pak Muji merasa malu karena belum bisa membahagiakan istri dan
anak-anaknya. Terkadang Pak Muji bertengkar dengan mertuanya hanya karena
perbedaan pendapat. Hingga kemudian hari kakak dari Bu Muji menawarkan mereka tinggal
dirumah sederhana yang dibeli oleh kakak Bu Muji atau Paman. Tapi keluarga Pak
muji boleh menempatinya cuma sampai anak dari Paman sudah dewasa.
3 tahun berlalu, warung bakso Pak
Muji mulai terkenal di kota Pak Muji dan sudah mulai bisa menabung untuk
membangun rumah. Paman pun sudah menagih rumahnya kembali karena anaknya Paman
sudah beranjak dewasa. Pak Muji dan keluarganya sangat berhemat karena tidak
ingin terus menerus merepotkan Paman. Hingga suatu ketika sudah beberapa minggu
warung bakso hanya sedikit pembeli karena harga daging naik dan Pak Muji juga
harus menaikkan harga baksonya. Bakso Pak Muji selalu tersisa banyak. Tetapi keluarga
Pak Muji pantang menyerah, Pak Muji dibantu dengan istri dan anaknya
mempromosikan bakso Pak Muji melalui selebaran dan internet. Mereka yakin jika
usaha mereka pasti bisa berhasil.
3 hari kemudian ada seorang
Bapak-bapak dengan mobil mewahnya berhenti di depan rumah Pak Muji. Bapak itu
berjalan menuju rumah Pak Muji.
“Assalamu’alaikum.
Maaf apa benar ini rumah Pak Muji yang berjualan bakso sapi?” tanya Bapak itu
“Wa’alaikumsalam.
Benar Pak ini rumah saya. Bapak siapa dan ada perlu apa ya?” jawab Pak Muji
“Saya
Pak Usman dari desa sebelah. Begini Pak Muji, bulan depan anak saya menikah. Ia
ingin agar hidangan makanannya nanti itu bakso yang terenak dikota ini. Saya
dengar bakso Pak Muji adalah bakso sapi enak nomor satu dikota. Jadi saya ingin
pesan bakso untuk pernikahan anak saya” Kata Pak Usman
“Alhamdulillah,
terima kasih Pak Usman. Bapak mau pesan berapa porsi Pak?” tanya Pak Muji
dengan penuh syukur
“1000
porsi Pak, sehari 500 porsi selama 2 hari Pak. Nanti tanggal 25-26 Pak Muji
beserta bakso dan gerobaknya datang ke rumah saya bisa?” Tanya Pak Usman
“Insya
Allah bisa Pak. Sekali lagi terima kasih Pak” Ucap Pak Muji.
Pak Muji dibantu istri dan anaknya
menyiapkan bakso pesanan Pak Usman. Mereka sangat bahagia sekali. Setelah acara
pernikahan anak Pak Usman selesai, Pak Usman memberikan uang bakso dan uang
tambahan sebagai ucapan terima kasih karena acara makan di pernikahan anaknya
berjalan lancar berkat Pak Muji. Keluarga Pak Muji juga berterima kasih kepada
Pak Usman.
Sesampainya dirumah Pak Muji
menghitung uang tabungan keluarga Pak Muji berharap uang mereka sudah cukup
untuk membangun rumah impian keluarga Pak Muji. Tiba-tiba datang Paman dan
memberitahu Pak Muji bahwa ada rumah didekat jalan raya sedang dijual, harganya
pun tidak begitu mahal. Pak Muji bergegas mendatangi pemilik rumah tersebut.
Setelah berbincang-bincang tentang harga, pemilik rumah tersebut pun setuju
dengan harga yang ditawarkan Pak Muji. Sungguh sangat bahagia keluarga Pak
Muji.
Kini
mereka punya rumah yang selama ini mereka impikan. Rumah sederhana dengan
warung bakso disampingnya dan terletak ditepi jalan raya sehingga Pak Muji tak
perlu mendorong gerobaknya. Mereka merawat rumah mereka dengan baik, karena itu
adalah rumah impian keluarga Pak Muji.
No comments:
Post a Comment