Monday, June 8, 2015

CERPEN SEDIH TERBARU

PINDAH UNTUK KESEKIAN KALINYA

Setiap orang pasti mengalamai yang namanya "Pindah". Entah itu pindah dari satu hati ke hati yang lain atau pindah tempat tinggal. Disetiap perpindahan pasti mengalamai yg namanya benturan pendapat dan kegelisahan dihati. Yah! Itu yang ku rasakan saat ini. Mungkin memang benar perpindahan ini bukan yg pertama kalinya tapi tetap saja perlu ada penyesuaian di tempat yg baru/dihati yang baru. Belum tentu ditempat/hati yang baru itu aku nyaman tapi belum tentu juga tidak lebih nyaman dari tempat sebelumnya.

Namaku Cahya. Sejak aku lahir hingga sekarang,aku sudah pernah 3x pindah tempat tinggal. Bukan karena aku dari keluarga kaya tapi karena dari keluarga sederhana. Aku lahir didesa N yang waktu itu rumah hanya terbuat dari bambu "gedek" kalau terkena angin kencang pasti roboh ke sungai. Atap bocor semua hingga kalau hujan turun saat malam hari, ibu dan bapak harus begadang menjagaku agar tidak kehujanan. Bapak hanya buruh rongsokan yang pendapatan 30.000/minggu. Mainanku memang banyak tapi itu semua ditemukan bapak ditempat kerjanya. Makan saja hanya sekali itu karena bapak dan ibu tidak ingin aku kurang gizi. Miris memang tapi itulah kenyataannya. Aku tinggal didesa N itu sampai umurku 2th kemudian kami pindah ke desa K dikarenakan rumah sudah hampir roboh ke sungai terkena angin kencang semalam.

Didesa K ini kami menyewa tanah+rumah bekas kandang ayam. Cukup murah hanya 30.000-50.000/tahun saja,oleh sebab itu kami mampu menyewanya. Memang kondisi rumahnya tidak jauh beda dengan rumah yg di desa N dulu. Rumah yg sekarang juga terbuat dari banmbu tipis,lubang dimana-mana,banyak yg sudah dimakan rayap,bau tai ayam,sumur tidak ada hingga kami harus menimba air ditetangga. Ada satu hal yang ku sukai dengan rumah ini yaitu dekat dengan pohon sawo. Jadi kalau aku ingin jajan,aku tidak perlu merengek minta uang karena aku tau orang tuaku tidak punya uang untukku jajan. Untuk makan saja ibu harus pinjam. Minyak tanah waktu itu masih 500/liter tapi itu mahal bagi kami. Kalau malam aku merasa kedingina karena atap berlubang dan dinding dari bambu tipis yg mulai berlubang karena rayap. Siang hari aku kepanasan karena 1m dari rumah ada tempat pembakaran cobek/alat alat dapur dari tanah liat. Bahkan kakiku pernah menginjak cobek panas. Dan ibu hanya mengoleskan pasta gigi di kakiku.

Pagi itu aku bergegas pergi ke sekolah TK tempatku belajar. Bahagianya punya sahabat yg selalu berbagi jajannya padaku. Oleh sebab itu ibu membuatkanku dan sahabatku topi yg dijahit ibuku sendiri. Ya ibuku pntar menjahit, untuk menamah pemasukan ibu menerima jahitan. Tapi masih belum juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hingga suatu ketika adik bapak yang bernama Pak Juki datang kerumah. Pak Juki memberikan bapak pinjaman uang sebesar 200.000 untuk membuka usaha agar bapak tak perlu lagi menjadi buruh rongsokan yg upahnya tidak seberapa. Dan bapak menggunakan uang itu untuk membuat rombong bakso. Bapak dulu pernah bekerja di sebuah warung bakso yg terkenal dikota. Awalnya bapak hanya berjualan dirumah kemudian bapak menyewa tempat digang jalan masuk desa K. Keadaan menjadi lebih baik tapi masih sulit, ibu masih harus berhutang untuk makan dan biaya sekolahku. Padahal saat itu aku ingin sekali punya sepeda seperti teman-temanku yg lain. Tapi sekali lagi sahabatku meminjamkan sepedanya padaku. Aku senang sekali hingga aku menabrak pohon bunga melati punya tetangga.

Kini aku sudah masuk sekolah SD. Seragam ku dijahitkan sendiri oleh ibuku dari kain sisa yg dikumpulkan ibu dari pelanggan yg biasa menjahitkan bajunya di ibu. Sepatu dan tasku masih lama yg biasa ku pakai saat TK. Mungkin karena itu juga aku sering dikucilkan teman-temanku. Tapi aku tetap rajin belajar dan alhamdulillah aku selalu mendapat peringkat 5besar dikelas. Hingga suatu hari kami harus pindah rumah lagi. Rumah yg kami tempati roboh karena hujan angin. Padahal waktu itu ibu sedang mengandung adikku. Aku dan orang tuaku akhirnya tinggal dirumah nenek. Keuangan memang semakin membaik,aku pun sudah punya sepeda baru. Bapak juga sudah mendapatkan tempat berdagang yg dekat dengan jalan raya. Tapi setiap hari selalu ada keributan. Bapak dan nenek selalu berbeda pendapat. Hingga bapak pernah pergi dari rumah. Saat itu aku kelas 3SMP dan besok ujian nasional. Sedang sakit,keluarga berantakan,kekesalan ibu sering dilampiaskan ke aku dan adik. Saat ujian nasional berasa otak mau meledak. Pengen benturin kepala ke tembok sampai aku tidak merasakan apapun.

Alhamdulillah hasil ujian nasionalku lumayan bagus. 30,75 itu nilai danem SMPku. Aku diterima di SMK Negeri pilihanku. Aku juga bisa masuk jurusan administrasi yg sudah ku incar sejak masih duduk dibangku SMP. Sekolah baru,suasana baru,teman baru,buku baru,guru baru. Awalnya memang sedikit takut tidak punya teman, tapi aku ingat dulu dari SD pindah ke SMP rasanya juga begini tapi aku akhirnya punya teman. Bahagianya dari TK sampai SMK aku dan sahabat kecilku tetap 1 sekolah jadi bisa berangkat bersama meskipun beda kelas.

2009 ketika aku naik kelas 2 SMK, aku dan keluargaku pindah rumah lagi. Kali ini kami pindah ke rumah kosong yg sudah dibeli kakak laki-laki ibuku yaitu Pak Ripin. Kami diizinkan menempatinya sampai anaknya lulus sekolah. Rumah ini berdinding tembok,lantai keramik,atap tidak bocor,nyaman. Aku suka dengan rumah ini. Dekat jalan,tetangga ramah,pelanggan bakso bapak mudah menemukan lokasi rumah kami. Keuangan semakin membaik, setelah lulus SMK akupun bisa membuka usaha dirumah dan berjalan lancar. Aku mampu membeli barang-barang yg ku inginkan dengan uang hasil jerih payahku sendiri. HP,laptop,kamera digital,printer,baju,tas,sepatu dll. Aku pun punya tabungan. Rumah ini sempurna untuk jadi tempat tinggal kami. Memang tidak mewah,tidak luas,hanya 2kamar,1kamar mandi dan ruang tamu. Tapi membuatku betah berlama-lama didalam rumah.

4th berlalu. Pak Ripin minta agar kami segera pindah karena anaknya ingin membuka toko dirumah ini. Rumah ini akan dibongkar dan dijadikan toko anaknya. Mungkin karena usahaku sudah ramai jadi anaknya berminat untuk membuka usaha disini. Bapak pun segera ke desa N,desa tempatku lahir dulu. Bapak ingin membangun rumah disana,ditempat rumah bambu kami dulu. Entah uangnya cukup atau tidak, entah usahaku berjalan atau tidak,entah tetangganya baik atau tidak,entah aku betah atau tidak.ENTAHLAH....!!!


By Klenting Kuning

No comments:

Post a Comment